Setuju. Kalau Harmoko, Ginanjar dkk. tetap setia pada Suharto, apakah
Suharto bisa lengser?
Harmoko memang menyebalkan ketika masih jadi pejabat. Tapi dia telah
menebus kesalahannya kepada rakyat dengan berpihak kepada rakyat yang
menginginkan Suharto lengser.
Salut Harmoko, saya menghargai pengorbanan anda yang ini.
mj
--- In mediacare@yahoogrou
wrote:
>
> Menurut saya Harmoko adalah sosok reformis sejati. Dia dulu memang
> pernah jadi pengikut setia pak Harto, namun dia sadar bahwa yang
> diinginkan bangsa jauh lebih penting daripada mengikut selera2
orang2
> yang haus kekuasaan kala itu.
>
> Setelah Suharto lengser dia pun lebih memilih diam dan tidak mau
lagi
> bermain politik seperti kawan2nya yang lain. Itu bentuk penyesalan
> dirinya. Harmoko sadar bahwa apa yg telah diperbuat selama ini salah
> makanya dia saat menjabat Ketua DPR/MPR lebih berpihak kepada rakyat
> yang ketika itu sangat menginginkan Suharto turun.
>
> Jadi Harmoko pantas dihargai, menurut saya bapak reformasi sejati
adalah
> Harmoko, kalau bukan karena dia mungkin bangsa ini masih saja dalam
> lingkaran orde baru.
>
> Meskipun negara ini sekarang belum memuaskan tingkat demokrasi dan
> ekonominya, tapi sudah jauh lebih baik daripada dulu. Stasiun TV
sudah
> makin banyak, media cetak terus bertambah, demikian pula dengan
media
> internet. Tanpa perlu ijin2 yang tak jelas, media tumbuh subur di
negara
> ini. So...Harmoko tak sejelek yang kita kira.
>
>
>
> -----Original Message-----
> From: mediacare@yahoogrou
On
> Behalf Of Daniel H.T.
> Sent: Sunday, January 13, 2008 4:02 PM
> To: mediacare@yahoogrou
> Subject: [mediacare] Harmoko
>
> Kemana saja Harmoko, si "Hari-hari omong kosong" yg sangat terkenal
di
> era kekuasaan Soeharo dgn kalimatnya: "Menurut petunjuk Bapak
Presiden,"
> kini berada? Ketika banyak orang yg pernah dekat dgn Seharto
> beramai-meramai membezuk Soeharto yg kritis, si "Hari-hari omong
kosong"
> ini tidak juga menunjuk batang hidungnya. Bahkan ketika ditanya
> wartawan, kenapa tidak membezuk bekas junjungannya itu, dia masih
juga
> menebarkan ilmu hari2 omong kosongnya, dgn mengatakan, dia sudah
> mendoakan Soeharto, dan dgn doa saja sudah cukup. Kalau perlu datang
> langsung, apa orang sedang sakit bisa ditemui.
>
> Boleh dikata bahwa di antara semua bawahan Soeharto, Harmoko adalah
> seorang pejabat negara yg paling tidak malu2 menunjukkan sifat
> menjilatnya. Menurut pepatah orang2 tua, orang yg demikian adalah
orang
> yg paling berbahaya bagi tuannya. Karena semua yg ditunjukkan itu
> biasanya palsu. Begitu tuannya kehilangan kekuasaan, jatuh
terpuruk, dia
> akan berbalik menusuk dari belakang si tuan. Begitulah kira2 yg
terjadi
> di kala Soehartoi mengalami krisis kekuasaannya. Ketika tingkat
kritis
> itu sudah mencapai puncaknya, Harmoko yg waktu itu adalah Ketua
MPR/DPR
> bersama-sama para penjilat lainnya, berbalik melawan Soeharto dgn
> meminta dia segera meletakkan jabatannya. Padahal sebelumnya Harmoko
> pulalah yg paling utama meyakinkan Soeharto agar bersedia menjadi
> Presiden lagi karena sebagian besar rakyat menghendaki.
>
> Setelah Soeharto betul2 jatuh, Harmoko pun menghilang entah ke mana.
> Demikian juga ketika Soeharto dilanda berbagai masalah hukum dan
> kesehatan, Harmoko tidak pernah menjenguknya. Mungkin juga karena
dia
> takut digebuk anak2 Soeharto karena berkhianat kepada bapak mereka?
>
> Begitulah riwayatnya.. Cocok dgn kalimat orang bijak, yg mengatakan:
> Sahabat sejati adalah sahabat di kala kita mendapat kesusahan. Bukan
> sewaktu kita berjaya. baik berjaya karena kekuasaan, maupun karena
> kekayaan.
>
> Lepas dari salah-tidaknya Soeharto, beberapa orang bawahannya yg
dapat
> digolongkan sebagai "sahabat sejati"-nya antara lain adalah Jenderal
> Wiranto, Moerdiono, Menteri Agama di masa2 kekuasaannya berakhir
(saya
> lupa namanya), dll.
>
>
>
> ============
>
> Jawa Pos, Minggu, 13 Jan 2008,
> Tak Besuk, Harmoko Pilih ke Makam
>
>
> NGANJUK - Ketika orang-orang dekat Soeharto berduyun-duyun membesuk
> mantan
> presiden itu, ke mana Harmoko? Mantan menteri penerangan itu memang
tak
> terlihat di antara para penjenguk di RSPP Jakarta, tempat Soeharto
> dirawat.
>
> Radar Kediri (Grup Jawa Pos) tadi malam menemui Harmoko. Selama
Soeharto
>
> sakit, pria yang identik dengan ucapan "atas petunjuk bapak presiden
> itu"
> mengaku sedang napak tilas situs-situs bersejarah warisan Soeharto.
>
> "Saya datangi semua petilasan Bapak. Terakhir kemarin (Jumat (11/1)
saya
> ke
> Astana Giribangun (makam keluarga Soeharto di Solo, Red) untuk
> memanjatkan
> doa buat Bapak," ujar Harmoko. Dia tak merinci ke mana saja selain
ke
> sana.
>
> Saat ditemui, sosok dengan rambut tersisir kelimis itu berada di
Pondok
> Pesantren Al Barokah, Desa Ngepung, Patian Rowo, Nganjuk, Jawa
Timur.
> Gaya
> bicara Harmoko tak banyak berubah, masih terang seperti yang tiap
hari
> terdengar di televisi dan radio semasa Orde Baru.
>
> Pondok Pesantren Al Barokah berjarak sekitar 20 km dari kota
Nganjuk.
> Pondok
> tersebut dibina Harmoko sejak tidak aktif lagi di pemerintahan.
> Menempati
> lahan sekitar tiga hektare, terdapat lebih dari 100 santri di
pesantren
> modern itu. Lokasi pondok tersebut sekitar 2 km dari pemakaman
keluarga
> Harmoko.
> Mengapa tidak menjenguk Pak Harto langsung di RSPP? Harmoko yang
kemarin
>
> memakai baju muslim merah marun dengan celana hitam mengatakan,
> mendoakan
> Soeharto tidak perlu harus bertemu langsung.
>
> "Bapak sedang sakit. Orang sakit apa bisa ditemui?" katanya.
> Selanjutnya,
> dia menyebut sudah mengirimkan karangan bunga ke RSPP. "Saya juga
sudah
> kirim pesan tertulis yang menyatakan keprihatianan dan harapan agar
> Bapak
> cepat sembuh," ujarnya.
>
> Apakah Harmoko menghindari Keluarga Cendana karena dia dianggap
ikut
> "berperan" dalam lengsernya Soeharto dari kursi RI 1? Harmoko butuh
jeda
>
> sejenak untuk menjawabnya. "Gini lho, setiap orang punya salah dan
> jasa,"
> katanya. "Lagi pula untuk tahu perkembangan Pak Harto, kan tidak
harus
> tanya
> ke keluarganya. Lewat media sudah cukup. Saya selalu memantau media
> setiap
> saat," ujar mantan orang nomor satu Golkar itu lirih.
>
> Sabtu, 16 Mei 1998 adalah titik balik hubungan Soeharto dan Harmoko.
> Ketika
> itu Harmoko yang menjabat ketua MPR/DPR, disertai empat wakil ketua:
> Abdul
> Gafur, Syarwan Hamid, Ismail Hasan Metareum, dan Fatimah Achmad
meminta
> Soeharto mengundurkan diri. Saat itu demo mahasiswa sedang
> hebat-hebatnya.
>
> Maklum bila Soeharto sangat terkejut melihat sikap Harmoko. Sebab,
> sebelum
> sidang umum MPR 1998, Harmoko pulalah yang menyebut bahwa rakyat
masih
> menghendaki Soeharto jadi presiden. Dalam penutupan sidang umum MPR
> 1998,
> yang juga memilih Soeharto menjadi pemimpin pada periode ketujuh,
> Harmoko
> mengetukkan palu sidang hingga lepas. Pada 11 Maret 1998, Soeharto
> disumpah
> jadi presiden di depan Harmoko juga.
>
> Keadaan berbalik cepat. Dalam kondisi terdesak, Soeharto mundur pada
> Kamis,
> 21 Mei 1998, dan mengakhiri kekuasaan 32 tahun Orde Baru. Kerusuhan
> besar
> mengiringi peristiwa itu. Selain di Jakarta, kerusuhan terjadi di
Solo.
> Rumah Harmoko di sana dibakar massa.
>
> Harmoko kemudian tak banyak tampil di depan publik. Dengan mesin
ketik
> prakomputer, dia menulis kolom Obrolan Warung Kopi di harian Pos
Kota
> Jakarta. Ketika banyak mantan menteri dan kroni Soeharto diperiksa
dalam
>
> berbagai kasus hukum, Harmoko tidak tersentuh.
>
> Pada saat ditemui tadi malam, Harmoko baru saja usai mengadakan doa
dan
> zikir bersama di pondoknya. Dipimpin KH Rosydin, doa bersama itu
diikuti
>
> ratusan santri dan masyarakat sekitar. Doa berlangsung seusai salat
isya
> dan
> selesai pukul 20.30 WIB.
>
> Doa bersama untuk kesembuhan Soeharto itu, menurut Harmoko,
seharusnya
> aktif
> dilakukan. Bagaimanapun, dia menilai Soeharto sebagai mantan
pemimpin
> yang
> mempunyai jasa atas bangsa ini. Karena itu, dia ikut peduli terhadap
> kondisi
> kesehatan jenderal bintang lima tersebut. "Saya masih melihat Pak
Harto
> adalah pemimpin yang besar. Bagaimanapun, dia telah menjadi pelopor
> pemimpin
> yang membangun bangsa ini," ujar Harmoko.
>
> Doa bersama serupa, menurut dia, telah dilakukan beberapa kali.
Tidak
> hanya
> di pondok pesantrennya. Dia mengaku beberapa kali mengadakan
pertemuan
> dan
> rapat di Jakarta dengan Yayasan Lailatul Qadar. Dia juga
menyempatkan
> untuk
> melaksanakan doa bersama.
>
> Seusai zikir, Harmoko langsung bertolak ke padepokan dan pemakaman
> keluarga.
> Dikawal delapan pria tegap, dia bergegas menuju ke mobil Toyota Land
> Cruiser
> hijau bernopol B 1288 AZ. "Laku ke makam sudah menjadi kebiasaan
saya
> sejak
> dulu, terutama jika ada situasi genting seperti sekarang," ungkapnya
> sambil
> menuju mobil.
>
> Setelah berkendara lima menit, sampailah rombongan kecil itu di
lokasi
> padepokan Harmoko. Seperti sudah hafal betul dengan lingkungan
setempat,
>
> pria tersebut dengan cekatan menyusuri jalan setapak ke pemakaman.
> Padahal,
> situasi saat itu gelap gulita. Hanya senter di tangan Harmoko yang
> menerangi
> jalan. "Beginilah kalau ikut Bapak, bisa berkunjung dari makam ke
makam
> sampai tengah malam. Saat Bapak datang, semua makam itu harus
> digelapkan,"
> ujar seorang pengawal Harmoko dengan berbisik.
>
> Di pemakaman itu, sekitar sepuluh menit Harmoko memanjatkan doa.
Nada
> doa
> dan zikirnya seperti tembang Jawa, terdengar keras hingga ke luar
> kompleks
> makam. "Habis ini saya ada acara lain, lalu besok (hari ini, Red)
ke
> Surabaya. Sudah ya, doakan saja Soeharto cepat sembuh," katanya
saat
> berpisah dengan Radar Kediri. (dea/jpnn/kim)
>
http://groups.yahoo.com/group/mediacare/
Blog:
http://mediacare.blogspot.com
http://www.mediacare.biz
Earn your degree in as few as 2 years - Advance your career with an AS, BS, MS degree - College-Finder.net.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar